Wednesday, January 29, 2014

Barisan Pengingat yang Menolak Lupa




Run to remember
Jangan pernah lupa,
kenang, kenang, kenanglah semua
Ingat,ingat, ingatlah semua
Jika engkau berlari
Jangan lari untuk lupa
Larilah untuk mengingat
Semua yang pernah terjadi
Segala yang kau lihat,
kau dengar, kau cium, kau rasa
di sekitarmu
**
Tolak lupa akan semua kisah kita yang menjadi sejarah
Jangan pernah menyerah dari semua janji yang menyatukan kita
Jangan pernah mengalah dan lengah atas mimpimu yang tertunda
Menolak lupa adalah menyemai semua ingatan tentang impian kita
**
Sendiri memang butuh nyali
Namun bukankah kita bersama
Karena awalnya kebenaran yang menyatukan jiwa kita
Ketidakadilan yang kita anggap tak biasa dan takkan pernah ada
Sejatinya ada disekitar kita seperti wangi bunga
Harum setelah bertapa dari kuncupnya
** 
Dan aku disini mencoba mnegingat lagi semua
Bersamamu
Dalam genggaman tangan
Dalam barisan
Berlari
Berlari
Jauh
Run to remember
          Puisi ini kugoreskan di Damang kafe disela-sela acara  deklarasi yang digelar barisan pengingat yang merupakan gerakan budaya yang bertujuan untuk memperjuangkan masalah-masalah hak azasi manusia dan ketidak adilan yang terjadi ditengah masyarakat atas kesadaran bersama generasi muda.
          Barisan Pengingat memilih penyair Wiji Thukul sebagai ikon gerakan. Wujud dari aktivitas terkait Wiji Thukul sendiri, disebut antara lain akan dilakukan dengan menyebar puisi dan sosok Wiji Thukul kepada masyarakat luas. Baik itu melalui media sosial, media massa, maupun berbagai bentuk kegiatan lainnya, termasuk dengan membangun "Dinding Berpuisi" di sudut-sudut kota Jakarta. Selain itu, Barisan Pengingat juga dinyatakan mendukung penulisan skenario film Wiji Thukul, serta penerbitan buku kumpulan puisi lengkap sang ikon.
          Puisi-puisi widji Tukul memang menggetarkan jiwa. Bahasanya sederhana, tajam dan mampu membuat kita merenung akan hal sederhana yang kadang kita lupakan, tentang kesadaran dan kebenaran, seperti beberapa kutipan puisi nya yang menurut saya inspiratif dan penuh semangat juang seperti dibawah ini :

P E N Y A I R
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!

sarang  jagat teater
19 januari 1988
Dan juga dalam ”Sajak kepada Bung Budi”
Ini tanah airmu
di sini kita bukan turis

          Barisan Pengingat juga akan dideklarasikan secara terbuka pada 2 Februari 2014, melalui kegiatan "Run to Remember", sebuah kegiatan lari yang bertujuan untuk mengingat korban pelanggaran HAM dan ketidakadilan di Indonesia. Sebelum lari dimulai, secara terbuka akan dibacakan Piagam Deklarasi Barisan Pengingat oleh generasi muda dari beragam profesi, diwakili oleh Dinda Kanya Dewi (aktris), Timothy Marbun (jurnalis/anchor), serta Tiga Setiagara 

         


0 comments:

Post a Comment